Panggilan Radikal: Tantangan Pemuridan dalam Lukas 14:26

John Townsend 04-06-2023
John Townsend

Jikalau seseorang datang kepada-Ku dan tidak membenci bapa, ibu, istri, anak-anak, saudara-saudaranya laki-laki dan perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.

Lukas 14:26

Pendahuluan: Biaya Pemuridan

Pernahkah Anda bertanya-tanya apa artinya menjadi pengikut Kristus? Panggilan untuk menjadi murid bukanlah panggilan yang mudah, dan panggilan ini membutuhkan tingkat komitmen yang mungkin terlihat radikal bagi sebagian orang. Ayat hari ini, Lukas 14:26, menantang kita untuk memeriksa kedalaman pengabdian kita kepada Yesus dan mempertimbangkan harga yang harus dibayar untuk menjadi murid-Nya.

Latar Belakang Sejarah: Konteks Injil Lukas

Injil Lukas, yang dikarang oleh tabib Lukas sekitar tahun 60-61 Masehi, adalah salah satu Injil Sinoptik, yang mengisahkan kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus Kristus. Injil Lukas memiliki keunikan tersendiri karena ditujukan kepada seseorang yang spesifik, yaitu Teofilus, dan merupakan satu-satunya Injil yang memiliki kelanjutannya, yaitu Kisah Para Rasul. Catatan Lukas ditandai dengan penekanan khusus pada tema-temabelas kasihan, keadilan sosial, dan tawaran keselamatan universal.

Lukas 14: Biaya Pemuridan

Dalam Lukas 14, Yesus mengajar orang banyak tentang biaya pemuridan, menggunakan perumpamaan dan bahasa yang kuat untuk menekankan komitmen yang diperlukan untuk mengikuti-Nya dengan sepenuh hati. Pasal ini dimulai dengan Yesus menyembuhkan seorang pria pada hari Sabat, yang mengarah pada konfrontasi dengan para pemimpin agama. Insiden ini menjadi batu loncatan bagi Yesus untuk mengajarkan tentang kerendahan hati, keramahan, dan pentingnyamemprioritaskan kerajaan Allah di atas kepentingan duniawi.

Lukas 14:26: Panggilan Radikal untuk Berkomitmen

Dalam Lukas 14:26, Yesus menyampaikan pesan yang menantang kepada para pengikut-Nya: "Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapa, ibu, istri, anak-anak, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku." Ayat ini mungkin sulit untuk dimengerti, terutama karena ajaran-ajaran Yesus mengenai kasih dan belas kasihan di tempat lain di dalam Injil. Namun demikian, kunci untuk menafsirkan ayat ini adalahterletak pada pemahaman tentang penggunaan hiperbola oleh Yesus dan konteks budaya pada zaman-Nya.

Dalam konteks pelayanan Yesus, istilah "benci" tidak dimaksudkan untuk dipahami secara harfiah, tetapi lebih sebagai ungkapan untuk memprioritaskan komitmen seseorang kepada Yesus di atas segalanya, bahkan ikatan keluarga yang paling dekat sekalipun. Yesus memanggil para pengikut-Nya untuk memiliki komitmen yang radikal, mendesak mereka untuk menempatkan kesetiaan mereka kepada-Nya di atas kesetiaan lainnya.

Konteks yang Lebih Besar dari Narasi Lukas

Lukas 14:26 cocok dengan konteks yang lebih besar dari Injil Lukas dengan mengilustrasikan panggilan Yesus untuk menjadi murid secara radikal dan menyoroti sifat dari kerajaan Allah. Sepanjang catatan Lukas, Yesus secara konsisten menekankan perlunya pengorbanan diri, pelayanan, dan hati yang diubahkan untuk dapat berpartisipasi dalam kerajaan Allah. Ayat ini merupakan pengingat yang tegas bahwa mengikut Yesus bukanlah usaha yang biasa-biasa sajatetapi komitmen yang mengubah hidup yang membutuhkan penataan ulang prioritas dan nilai-nilai seseorang.

Selain itu, ajaran-ajaran dalam Lukas 14 konsisten dengan tema keseluruhan Injil Lukas, seperti belas kasihan kepada mereka yang terpinggirkan, keadilan sosial, dan tawaran keselamatan yang universal. Dengan menekankan biaya pemuridan, Yesus mengundang para pengikut-Nya untuk bergabung dengan-Nya dalam misi-Nya untuk membawa harapan dan kesembuhan bagi dunia yang hancur.kesediaan untuk menghadapi pertentangan atau penganiayaan, tetapi pada akhirnya mengarah pada pengalaman yang lebih dalam akan kasih Allah dan sukacita berpartisipasi dalam karya penebusan-Nya.

Makna dari Lukas 14:26

Memprioritaskan Kasih Kita kepada Yesus

Ayat ini tidak berarti bahwa kita harus membenci anggota keluarga atau diri kita sendiri, tetapi Yesus menggunakan gaya bahasa hiperbola untuk menekankan pentingnya mengutamakan Dia dalam hidup kita. Kasih dan pengabdian kita kepada Yesus seharusnya begitu besar sehingga, jika dibandingkan dengan kasih sayang kita kepada keluarga dan diri kita sendiri, kasih sayang kita kepada keluarga dan diri kita sendiri akan tampak seperti kebencian.

Pengorbanan Pemuridan

Mengikut Yesus mengharuskan kita untuk bersedia berkorban, bahkan terkadang menjauhkan diri dari hubungan yang menghalangi pertumbuhan rohani kita. Pemuridan mungkin menuntut kita untuk membuat pilihan-pilihan yang sulit demi iman kita, tetapi imbalan dari hubungan yang intim dengan Yesus sebanding dengan pengorbanan itu.

Mengevaluasi Komitmen Kita

Lukas 14:26 mengundang kita untuk menilai prioritas kita dan menguji kedalaman komitmen kita kepada Yesus. Apakah kita bersedia untuk menempatkan Dia di atas segalanya, bahkan ketika itu sulit atau membutuhkan pengorbanan pribadi? Panggilan untuk menjadi murid bukanlah sebuah undangan biasa, tetapi sebuah tantangan untuk mengikut Yesus dengan sepenuh hati.

Lihat juga: Tuhan itu Maha Penyayang

Aplikasi: Menghidupi Lukas 14:26

Untuk menerapkan bagian ini, mulailah dengan merenungkan prioritas Anda dan tempat yang Yesus pegang dalam hidup Anda. Apakah ada hubungan atau komitmen yang mungkin menghambat pertumbuhan Anda sebagai seorang murid? Berdoalah untuk hikmat dan keberanian untuk melakukan pengorbanan yang diperlukan untuk menempatkan Yesus sebagai yang utama dalam hidup Anda. Ketika Anda bertumbuh dalam hubungan Anda dengan Dia, carilah kesempatan untuk memperdalam komitmen Anda dan tunjukkan komitmen Anda.Ingatlah, biaya pemuridan mungkin mahal, tetapi upah dari kehidupan yang dikhususkan untuk Yesus tidak ternilai harganya.

Doa Hari Ini

Bapa Surgawi, kami menyembah Engkau karena kekudusan dan keagungan-Mu, karena Engkaulah Pencipta yang berdaulat atas segala sesuatu, Engkau sempurna dalam segala jalan-Mu, dan kasih-Mu kepada kami tidak pernah gagal.

Lihat juga: 39 Ayat Alkitab tentang Mempercayai Tuhan

Kami mengakui, Tuhan, bahwa kami sering jatuh jauh dari standar pemuridan yang Yesus tetapkan di hadapan kami. Dalam kelemahan kami, terkadang kami memprioritaskan keinginan dan hubungan kami sendiri di atas komitmen kami kepada-Mu. Ampunilah kami atas kekurangan kami, dan tolonglah kami untuk kembali kepada-Mu.

Terima kasih, Bapa, atas karunia Roh Kudus, yang memampukan kami untuk menyerahkan hidup kami dan berjalan dalam ketaatan pada kehendak-Mu. Kami bersyukur atas tuntunan-Mu yang terus menerus, yang memampukan kami untuk bertumbuh dalam pemahaman kami tentang apa artinya menjadi pengikut Kristus yang sejati.

Dalam perjalanan kami di jalan pemuridan ini, tolonglah kami untuk menahan godaan untuk hidup bagi diri kami sendiri, untuk mencari kesenangan kami sendiri, atau untuk mendapatkan makna dari standar dunia. Berikanlah kami kerendahan hati, semangat pengorbanan, dan ketaatan penuh kepada Yesus sebagai Tuhan, sehingga hidup kami mencerminkan kasih dan anugerah-Mu kepada mereka yang ada di sekeliling kami.

Dalam nama Yesus, kami berdoa, Amin.

John Townsend

John Townsend adalah seorang penulis dan teolog Kristen yang bersemangat yang mendedikasikan hidupnya untuk mempelajari dan membagikan kabar baik dari Alkitab. Dengan pengalaman lebih dari 15 tahun dalam pelayanan pastoral, John memiliki pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan dan tantangan rohani yang dihadapi orang Kristen dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai penulis blog populer, Bible Lyfe, John berusaha untuk menginspirasi dan mendorong para pembaca untuk menghidupi iman mereka dengan tujuan dan komitmen yang diperbarui. Dia dikenal karena gaya penulisannya yang menarik, wawasan yang menggugah pikiran, dan nasihat praktis tentang bagaimana menerapkan prinsip-prinsip alkitabiah untuk menghadapi tantangan zaman modern. Selain tulisannya, John juga seorang pembicara yang dicari, memimpin seminar dan retret tentang topik-topik seperti pemuridan, doa, dan pertumbuhan rohani. Dia memegang gelar Master of Divinity dari perguruan tinggi teologi terkemuka dan saat ini tinggal di Amerika Serikat bersama keluarganya.